Monday, August 1, 2011

Nongkrong di Jembatan Tua Bengawan Solo Sambil Mancing

Lokasi mancing yang akan saya bahas kali ini berada di jembatan tua  yang menghubungkan antara Jawa Tengah dengan Jawa Timur, jembatan ini sudah tidak difungsikan lagi karena memang konstruksinya yang sudah tidak layak pakai, banyak lubang-lubang besar yang cukup berbahaya untuk dilalui kendaraan, baik roda dua maupun roda empat. Anda dapat menyaksikan banyak orang sedang memancing ikan dari atas jembatan tersebut, dan kalau sore atau malam hari, jumlah pemancingnya bisa mencapai puluhan orang.

jembatan cepu

Eitttsss,,,kalau anda mengira pemancing-pemancing tersebut adalah orang biasa semuanya, anda salah. Kalau anda memperhatikan, diantara pemancing tersebut terdapat beberapa orang penting, seperti karyawan, dosen, dan kadang bos besar yang menyalurkan hobi memancing mereka, dengan alat pancing mereka yang mahal, "Bosen saya mas, kalau mancing di tempat pemancingan, udah pasti dapet, kalau disini kan sulit dapetnya, jadi sensasinya lebih gimana gitu" tutur salah seorang dari pemancing. Memang ada benernya juga, kalau sudah hobi, apapun bisa dilakukan. Dari penuturan "fisher" cye ile,,pake bahasa Inggris,,hehe. Mereka sering mendapatkan ikan yang cukup besar, kira-kira sebesar betis orang dewasa, wah lumayan juga ya...
Dan kalau malam hari, ikan-ikan menjadi lebih lapar, dan umpan mereka juga lebih sering disambar , perasaan bangga muncul stiap kali umpan mereka disambar ikan. Umpan yang mereka pakai adalah campuran dari berbagai macam adonan, seperti telur, bekatul, plur ikan, dll, dan adonan tersebut bisa disimpan dengan cukup lama ( 2 minggu lebih ) bila dimasukkan dalam wadah yang tertutup, kemudian dimasukkan kedalam kulkas ( tetep aja baunya busuk ). yah,,mau bagaimana lagi, namanya juga hobi.

Nah, kalau anda memang hobi mancing, tidak ada salahnya anda mencoba kesana, katanya sich sensasinya menyenangkan..hehehe.
Dan kalau anda memancing diwaktu sore atau malam hari, anda tidak perlu khawatir bila bekal makanan anda kurang atau mungkin ketinggalan, karena didekat anda sudah tersedia, tinggal membeli di warung makan terdekat.
Semoga informasi ini berguna dan tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Terimakasih.

Lihat juga artikel : Warung Cinta Cepu

Warung Cinta Cepu

warung cinta cepu
Ini adalah pemandangan yang tidak asing, bila anda sering bepergian dan melewati jembatan Bengawan Solo, jembatan yang menghubungkan antara Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Bila anda berkendara dari arah Cepu ( Jawa Tengah ) menuju Padangan ( Jawa Timur ) menengoklah sejenak kesebelah kiri, anda akan melihat warung ini.

Warung Cinta ini memiliki lokasi yang strategis, karena terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, sehingga banyak kendaraan yang berlalu lalang disana, tak heran bila pembelinya tidak hanya warga Cepu saja, tetapi ada juga pembeli lain yang berasal dari Padangan, Batokan, Clangap, dll.
Hal inilah yang menyebabkan Warung Cinta ini menjadi ramai. Keramaian Warung Cinta ini di mulai pada sore hari ( kalau siang hari tutup karena memang lokasinya agak panas ), sekitar jam 5, banyak pemuda / pemudi yang berkunjung kesana untuk membeli makanan, gorengan, atau sekedar ngopi dan berkumpul dengan teman-teman ( cangkrukan ).
Warung ini menjual berbagai makanan, seperti nasi campur, nasi sambel, nasi kuning, berbagai macam gorengan ,gorengan yang dibakar, ayam bakar, dll pokoknya beragam dee. Dan kalau anda sedang ingin menghemat uang anda, tidak usah ragu untuk berkunjung kesana, karena dengan uang Rp 2.500 / Rp3.000 saja anda sudah bisa mengenyangkan perut anda ,dengan menu nasi campur + gorengan yang dibakar. hehehe ( promosi.com ), namun jika anda tidak sedang menghemat uang, silahkan memesan menu yang lain, seperti ayam bakar,tentunya dengan harga yang berbeda, dijamin anda pasti puas.
Warung Cinta ini tidak hanya dikunjungi untuk tempat makan saja, tetapi juga untuk tempat berkumpulnya anak muda, lihat saja waktu sore hari, atau malam hari, pasti lumayan ramai. Dengan cara lesehan dibawah lampu jalan, anda dapat menikmati makanan anda sambil berkumpul dengan teman-teman, dengan suasana yang terbuka dan santai tentunya.
Semoga dengan penulisan artikel ini Warung Cinta menjadi lebih ramai lagi, dan tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Terimakasih.

Lihat juga artikel : Nongkrong di Jembatan Tua Bengawan Solo Sambil Mancing

SEJARAH KOTA BLORA


simbol blora
Asal Usul Nama Blora
Menurut cerita rakyat Blora berasal dari kata BELOR yang berarti Lumpur, kemudian berkembang menjadi mbeloran yang akhirnya sampai sekarang lebih dikenal dengan nama BLORA.
Secara etimologi Blora berasal dari kata WAI + LORAH. Wai berarti air, dan Lorah berarti jurang atau tanah rendah..
Dalam bahasa Jawa sering terjadi pergantian atau pertukaran huruf W dengan huruf B, tanpa menyebabkan perubahan arti kata.Sehingga seiring dengan perkembangan zaman kata WAILORAH menjadi BAILORAH, dari BAILORAH menjadi BALORA dan kata BALORA akhirnya menjadi BLORA.
Jadi nama BLORA berarti tanah rendah berair, ini dekat sekali dengan pengertian tanah berlumpur.
Blora Era Kerajaan dibawah Kadipaten Jipang
Blora di bawah Pemerintahan Kadipaten Jipang pada abad XVI, yang pada saat itu masih dibawah pemerintahan Demak. Adipati Jipang pada saat itu bernama Aryo Penangsang, yang lebih dikenal dengan nama Aria Jipang. Daerah kekuasaan meliputi :
Pati, Lasem, Blora, dan Jipang sendiri. Akan tetapi setelah Jaka Tingkir ( Hadiwijaya ) mewarisi tahta Demak pusat pemerintahan dipindah ke Pajang. Dengan demikian Blora masuk Kerajaan Pajang.
Blora dibawah Kerajaan Mataram
Kerajaan Pajang tidak lama memerintah, karena direbut oleh Kerajaan Mataram yang berpusat di Kotagede Yogyakarta. Blora termasuk wilayah Mtaram bagian Timur atau daerah Bang Wetan.
Pada masa pemerintahan Paku Buwana I (1704-1719 ) daerah Blora diberikan kepada puteranya yang bernama Pangeran Blitar dan diberi gelar Adipati. Luas Blora pada saat itu 3.000 karya (1 karya = ¾ hektar ). Pada tahun 1719-1727 Kerajaan Mataram dipimpin oleh Amangkurat IV, sehingga sejak saat itu Blora berada di bawah pemerintahan Amangkurat IV.
Blora di Jaman Perang Mangkubumi (tahun 1727 – 1755)
Pada saat Mataram di bawah Paku Buwana II (1727-1749) terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Mangku Bumi dan Mas Sahid, Mangku Bumi berhasil menguasai Sukawati, Grobogan, Demak, Blora, dan Yogyakarta. Akhirnya Mangku Bumi diangkat oleh rakyatnya menjadi Raja di Yogyakarta.
Berita dari Babad Giyanti dan Serat Kuntharatama menyatakan bahwa Mangku Bumi menjadi Raja pada tanggal 1 Sura tahun Alib 1675, atau 11 Desember 1749. Bersamaan dengan diangkatnya Mangku Bumi menjadi Raja, maka diangkat pula para pejabat yang lain, diantaranya adalah pemimpin prajurit Mangkubumen, Wilatikta, menjadi Bupati Blora.
Blora dibawah Kasultanan Perang Mangku Bumi diakhiri dengan perjanjian Giyanti, tahun 1755, yang terkenal dengan nama palihan negari, karena dengan perjanjian tersebut Mataram terbagi menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Surakarta di bawah Paku Buwana III, sedangkan Yogyakarta di bawah Sultan Hamengku Buwana I. Di dalam Palihan Negari itu, Blora menjadi wilayah Kasunanan sebagai bagian dari daerah Mancanegara Timur, Kasunanan Surakarta. Akan tetapi Bupati Wilatikta tidak setuju masuk menjadi daerah Kasunanan, sehingga beliau pilih mundur dari jabatannya
Blora sebagai Kabupaten
Sejak zaman Pajang sampai dengan zaman Mataram Kabupaten Blora merupakan daerah penting bagi Pemerintahan Pusat Kerajaan, hal ini disebabkan karena Blora terkenal dengan hutan jatinya.
Blora mulai berubah statusnya dari apanage menjadi daerah Kabupaten pada hari Kamis Kliwon, tanggal 2 Sura tahun Alib 1675, atau tanggal 11 Desember 1749 Masehi, yang sampai sekarang dikenal dengan HARI JADI KABUPATEN BLORA.Adapun Bupati pertamanya adalah WILATIKTA.
Perjuangan Rakyat Blora menentang Penjajahan
Perlawanan Rakyat Blora yang dipelopori petani muncul pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20. Perlawanan petani ini tak lepas dari makin memburuknya kondisi sosial dan ekonomi penduduk pedesaan pada waktu itu..
Pada tahun 1882 pajak kepala yang diterapkan oleh Pemerintah Penjajah sangat memberatkan bagi pemilik tanah ( petani ) . Di daerah-daerah lain di Jawa, kenaikan pajak telah menimbulkan pemberontakan petani, seperti peristiwa Cilegon pada tahun 1888. Selang dua tahun kemudian seorang petani dari Blora mengawali perlawanan terhadap pemerintahan penjajah yang dipelopori oleh Samin Surosentiko.
Gerakan Samin sebagai gerakan petani anti kolonial lebih cenderung mempergunakan metode protes pasif, yaitu suatu gerakan yang tidak merupakan pemberontakan radikal bersenjata.
Beberapa indikator penyebab adanya pemberontakan untuk menentang kolonial penjajah Belanda antara lain :
Berbagai macam pajak diimplementasikan di daerah Blora
Perubahan pola pemakaian tanah komunal
Pembatasan dan pengawasan oleh Belanda mengenai penggunaan hasil hutan oleh penduduk
Indikator-indikator ini mempunyai hubungan langsung dengan gerakan protes petani di daerah Blora. Gerakan ini mempunyai corak MILLINARISME, yaitu gerakan yang menentang ketidak adilan dan mengharapkan zaman emas yang makmur.

Sumber : wikipedia.com 

POTENSI MINYAK BUMI DI CEPU


pompa minyak cepu
Berdasarkan konsesi tambang-tambang minyak yang pernah ada di Kabupaten Blora dan data-data pengeboran yang dilakukan kondisi jebakan minyak dan gas bumi yang ada di Kabupaten Blora dapat diperkirakan sebagai berikut:
a. Konsesi tambang minyak Panolan (Cepu). Andrian Stoop, penemu pertama minyak bumi di Cepu melakukan pengeboran pertamanya di Desa Ledok, serta menyimpulkan bahwa di Panolan (Cepu) terdapat Iadang minyak yang berkualitas tinggi dalam jumlah yang besar. Yang termasuk Iapangan Ledok adalah area Getur dan Nglebur jebakan-jebakan minyak di areal Getur dijumpai pada kedalaman � 94 m dan keda!aman antara 239 s/d 245 m. Tahun 1985 dibor sebanyak 252 surnur dengan kedalaman sumur rata-rata antara 90 � 1350 m. Sumur yang menghasilkan sebanyak 207 buah sumur, yang tidak menghasilkan 45 buah sumur. Banyaknya Iapisan yang menghasilkan sebanyak 16 lapisan.
b. Konsesi tambang minyak Jepon. Pada konsesi ini dilakukan pengeboran yang pertama di lapangan Semanggi (1986) dengan luas produktif area panjang 2,5 km, tebal 0,5 m. Lokasi ketinggian daerah Semanggi + 215 m. Jumlah sumur yang dibor 86 buah sumur, yang produktif menghasilkan minyak 66 buah sumur dan tidak menghasilkan 20 buah sumur, kedalam sumur antara 100 � 1.270 m. Banyaknya Iapisan yang menghasilkan sebanyak 6 Iapisan.
c. Konsesi tambang minyak Nglobo. Terletak pada ketinggian + 90 m diatas permukaan laut dengan luar produksi area panjang 1,5 km x 0,5 km. Tahun pengeborannya 1909 dengan kedalaman sumur rata-rata 400 �1.200 m, jumlah sumur yang dibor 47 buah sumur yang menghasilkan 38 buah sumur, tidak menghasilkan 9 buah sumur. Banyaknya Iapisan yang menghasilkan sebanyak 9 Iapisan. Hingga sekarang masih dilakukan eksploitasi oleh OEP III Pertamina Cepu.
d. Konsesi tambang minyak Banyubang. Jumlah sumur di Banyubang ada 33 buah, 14 sumur tidak aktif dan 19 buah surnur aktif. Di Iapangan konsesi Banyubang mempunyai 4 lapisan produktif. Lapisan 1 kedalam 250 m dengan jumlah sumur sebanyak 11 sumur, Iapisan ke 2 terletak pada kedalaman 260 m dengan jumlah sumur sebanyak 8 buah sumur, Iapisan ke 3 sebanyak 1 buah sumur, lapisan 4 dengan kedalaman 310 m. Pada salah satu sumur dengan kedalaman 677 m diketemukan gas bertekanan 36 atm. Di Plantungan 66 sumur, yang menghasilkan 2 buah sumur, 64 sumur tidak aktif.
e. Konsesi tambang minyak Trembes. Di konsesi Trembes ini terdapat 2 Iokasi Iapangan yaitu
1) Lapangan Trembes Di lapangan Trembes telah dilakukan pengeboran sebanyak 6 buah sumur, dengan kedalaman sumur 625 m, lapisan 1 kedalaman 106 m lapisan 2 dengan kedalaman 352 m, Iapisan 3 dengan kedalaman 1591 m. Jenis minyaknya parafinis dengan BJ 0,83 pada temperatur 30�C. 2) Lapangan Kluwih Di lapangan Kluwih telah dilakukan pengeboran sebanyak 4 buah sumur (1899). Disalah satu sumur yang berkedalarnan 265 m mengeluarkan gas 110.000 m3 tiap harinya.
f. Konsesi lapangan minyak Metes. Dalam konsesi ini terdapat Iapangan minyak yang mempunyai 4 Iapisan produksi. Lapisan 1 kedalam 250 m, lapisan ke 2 terletak pada kedalaman 260 m, Iapisan ke 3 terletak pada kedalaman 285 in, sedang Iapisan 4 dengan kedalaman 310 m. Di Iapisan 1 ada 4 sumur dengan produksi seluruhnya mencapai 3.400 m3 selama 22 bulan, Iapisan 2 dibuat 3 sumur, dua sumur menghasilkan minyak, 1 sumur air asin, Iapisan 3 terdapat 2 sumur 1 sumur memproduksi air dan minyak 1 sumur Iagi memproduksi air asin, sedang pada Iapisan 4 terdapat satu sumur, kedalaman 728 m dan 1022 m merupakan reservoir air.
g. Konsesi lapangan minyak Ngiono. Konsesi ini mencakup 2 Iapangan yakni Iapangan Gaplokan yang terletak di atas antiklin Gaplokan dan telah dibor sebanyak 2 sumur, sedang Iapangan Ngiono yang terletak diatas antiklin Ngiono yang memiliki 7 buah sumur. Dan ke 7 buah sumur yang ada di Ngiono, 2 sumur menghasilkan minyak pada kedalaman 57 dan 90 m, sedang satu buah sumur lagi menghasilkan gas dengan tekanan 4 atm. Wilayah Iapangan ini tidak dikelola hingga saat sekarang.
h. Konsesi tambang minyak Ngapus. Di lapangan Ngapus baru dilakukan pemboran sebanyak 2 buah sumur, masing-masing dengan kedalaman 180 m dan 272 m. (Tidak menghasilkan). Dan kedua sumur ini salah satu sumur menghasilkan gas bertekan 20 atm pada kedalaman 272 m. Lapangan Ngapus juga tidak dikembangkan karena tidak memberikan harapan yang baik.
i. Konsesi tambang minyak milik NKPM. Pada konsesi ini diketahui sumur di Petak/Cepu dengan produksi 20 barel perhari (1914). Pada tahun 1917 diketemukan sumur di Konsesi Trembul dengan produksi 1 barel per hari, kemudian pada tahun 1936 ditemukan sumur di Konsesi Lusi dengan produksi 110 barel per hari
(Courtesy : www.blorakab.go.id © 2008)